Assalamualaikum Wr.Wb.

"Blog ini berisi tentang hal-hal menarik tentang kebudayaan daerah Lampung serta informasi lainnya yang tak kalah menariknya...di baca yuk...semoga bermanfaat...! Jika kalian ingin menambahkan atau mengomentari sesuatu tentang blog ini silahkan ketik di komen ya..."
Powered By Blogger

Sabtu, 26 Februari 2011

Kosakata Bahasa Daerah Lampung

Ada 2 dialek dalam bahasa daerah Lampung yaitu dialek A dan dialek O. Kosakata dalam dialek masing-masing juga terdapat beberapa kata-kata yang mempunyai arti sama tetapi berbeda kata-katanya. Berikut merupakan kumpulan kata-kata yang memiliki arti sama tapi kosakatanya berbeda.

No
Dielak A
Dialek O
Arti
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20 
Lamban
Ipon
Haga
Mit
Ganta
Ughau
Kan
Bubinting
Punti
Sesut
Jaman tumbai
Bebuwak
Ghatong
Ngeliyak
Ngebasuh
Pedom
Bantal
Kukut
Pelok
Iwa
Nuwo
Kedis
Ago
Adek
Tano
Cuwak  
Mei
bubbet
Puttei
Sesui
Jaman ghebbei
Juwadah
Meggegh
Ngenah
Nginyau
Peddem
Lunan
Caluk
Tettek
Punyeu
Rumah
Gigi
Mau, ingin
Ke
Sekarang
Panggil
Nasi
Ikat pinggang, sabuk
Pisang
Sendok
Jaman dahulu
Kue
Datang
Melihat
Membasuh, mencuci
Tidur
Bantal
Kaki
Potong
Ikan

Bagi kalian yang masih punya banyak kosakata bahasa daerah Lampung yang memiliki arti sama tetapi pengucapannya berbeda…boleh kalian tulis di komentar di bawah ininya ya…di tunggu...^_^

Sabtu, 19 Februari 2011

Memahami Isi Wacana Prosa Deskripsi tentang Legenda Asal mula Harimau, Macan Tutul, dan Kucing

Asal Mula Harimau, Macan Tutul, dan Kucing

Dialek O
Jaman ho ughik tigo waghei binatang. Si pertamo tagei temmen, rasanno mengan gaweh. Lamun mak ino yo peddem, mulo badanno balak, ulah badanno balak yo mak pandai nakkat. Mulo yo mak iling dibuwah-buwahan. Yo iling di daging begaweh lamun yo betteh minjak jak peddem nyo gelagh binatang sipaghek yo ditekkep dan dikanno. yo digelaghei ulun lemaweng.

Si keduwo mak pigho tagei mulo badanno mak pigho balak, yo pandai nakat anying mk pigho ghaccak, dan bener yo iling di daging iling munih dibuah-buahan, yo digelaghei ulun lemaweng kettul.

Si ketigo mak tagei, dawah debingei makket menneng, mulo badanno mak balak dan mak gemuk, yo iling paghek jama jimo, mulo yo ilinh mengan mei, punyeu atau daging munih. Ya di gelaghei ulun kucing.

Dialek A
Jaman tumbai hughik tellu binatang. Sai peghtama malas nihan sani'anni mengan gawoh, kik mak ghena ya pedom, badanni mubalak ulih badanni mubalak ya mak pandai nyakai, ulih mak pandai nyakai, ya mak geghing jama buah-buahan, ya geghing di daging gawoh kik ya betoh, minjak ya jak pedom, api gawoh binatang sai ghedik ya ditekopni ghik dikanik ni, ya digelaghi hulun halimawong.

Sai keghuwa mak sepigha singkal jadi badanni mak balak ga, ya pandai nyakai kidang mak sepigha ghanggal, jadi ya geghing di daging, geghing munih dibuah-buahan, ya digelaghi hulun macan tutul.

Sai ketelu mak malas, bingi deghani mak ngeghanok jadi badanni mak balak ghik mak gemuk, ya geghing mughedik jelema ya geghing mengan kan, nganik iwa ghik daging juga, ya digelaghi hulun kucing.

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Bacalah wacana di atas kemudian artikan ke dalam bahasa Indonesia!
2. Bagaimanakah sifat binatang pertama?
3. Bagaimanakah sifat binatang ketiga?
4. Apa keistimewaaan binatang kedua dari binatang pertama dan ketiga?
5. Sebutkan tiga binatang dalam bahasa Lampung yang diceritakan dalam cerita di
    atas?

Kamis, 17 Februari 2011

Life is...

  • sebuah tantangan maka hadapilah
  • sebuah anugerah maka terimalah
  • sebuah pertualangan maka berjuanglah
  • sebuah dukacita maka tanggulangilah
  • sebuah tragedi maka tuntaskanlah
  • sebuah tugas maka laksanakanlah
  • sebuah permainan maka mainkanlah
  •  sebuah misteri maka singkaplah
  • sebuah lagu maka nyanyikanlah
  • sebuah kesempatan maka ambillah
  • sebuah janji maka penuhilah
  • sebuah perjalanan maka jalanilah
  • sebuah kasih sayang maka bergembiralah
  • sebuah keindahan maka bersyukurlah
  • sebuah jiwa maka sadarilah
  • sebuah teka teki maka singkaplah
  • sebuah cita-cita maka capailah

Untuk anak-anakku di Al Azhar 2...berjuanglah, Nak...! Tuntaskan keinginan dan cita-citamu sampai setinggi langit...Jangan pernah menyerah dengan keadaan...Teruslah berusaha...Ibu yakin kalian anak-anak pintar n berprestasi...Gali terus bakat dan cita-citamu...agar kelak kalian menjadi seorang anak yang sukses dan kebanggaan untuk orang tua kalian, bangsa dan agama. Amin...

Selasa, 15 Februari 2011

Asal Mula Keratuan Ratu Melinting dan Keratuan Darah Putih

Ratu Dipugung atau Ratu Galuh mempunyai dua orang anak laki-laki. Anak pertama bernama Siginder Alam Dang dan yang kedua bernama Gayung Gerunggung. Siginder Alam mempunyai seorang anak gadis yang bernama Puteri Sinar Kaca, sedangkan Gayung Gerunggung juga mempunyai seorang anak gadis yang bernama Puteri Sinar Alam.

Kala itu datanglah Sultan Banten ke Lampung. Ia melihar cahaya terang yang memancar dari bumi ke langit. Sultan mendapat firasat bahwa di Pugung ada seorang puteri yang dapat mengakibatkan hal baik jika menikah dengannya. Ratu Dipugung menunjukkan cucunya yaitu puteri Siginder Alam yang tak lain adalah Puteri Sinar Kaca. Dan kemudian Sultan pun menikahi Puteri Sinar Kaca.

Beberapa lama setelah Sultan menikahi Puteri Sinar Kaca, Sultan memutuskan untuk kembali sementara ke Banten tanpa Puteri Sinar Kaca. Belum lama Sultan berada di Banten, ia melihat kembali cahaya terang yang memancar dari bumi ke langit seperti yang ia lihat sebelum menikahi Puteri Sinar Kaca. Sang Sultan berkata dalam hatinya,"Jika demikian, tentu puteri itu masih ada di Pugung (Lampung). Puteri yang kunikahi ternyata bukanlah yang terlihat sinarnya itu. "Oleh sebab itu, Sultan memutuskan untuk kembali ke Lampung, tujuannya bukan untuk menemui istrinya "Puteri Sinar Kaca" tetapi akan mencari dan menikahi sesegera mungkin puteri yang terlihat sinarnya tadi.

Setelah tiba di Pugung, ia terus berkata kepada kakeknya yaitu Ratu dipugung, bahwasanya yang dinikahinya itu bukanlah putri yang dilihat di dalam sinar yang dilihatnya. Ratu Dipugung lalu menunjukkan cucunya yang lain, puteri Gayung Gerunggung yang bernama Puteri Sinar Alam. Akhirnya Sultan pun menikahinya. Beberapa lama setelah Sultan menikahi Putri Sinar Alam, Sultan memutuskan untuk kembali lagi sementara ke Banten tanpa Putri Sinar Alam.

Beberapa lama setelah sag Sultan berada di Banten, Puteri Sinar Kaca melahirkan seorang putera yang dibei nama Kejalo Bidin. Dan kemudian Putri Sinar Alam pun melahirkan seorang putera yang diberi nama Kejali Ratu. Kejalo Bidin dan Kejali Ratu tumbuh dan besar di Pugung Lampung. Saat mereka bermain di halaman rumah mereka, mereka melihat tiga ekor burung perkutut yang hinggap di pelepah pohon kelapa, mereka memandang ketiga ekor burung perkutut tersebut dan berlari kepada ibu mereka dan bertanya.

"Mengapa burung perkutut itu ada tiga ekor, biasanya hanya ada sepasang burung perkutut?"Tanya Kejalo Bidin (anak Putri Sinar Kaca). Puteri Sinar Kaca pun menjawab,"Yang di sebelah kiri adalah induknya, di tengah adalah anaknya, dan di sebelah kanannya adalah anaknya." Kejalo Bidin pun melontarkan kata-kata "Berarti kami pun mempunyai seorang ayah pula, siapa ayah kami ibu?

Purri Sinar Kaca pun tidak berkenan untuk menjelaskan kepada keduanya. Dengan bersikeras mereka berdua selalu memaksa Putri Sinar Kaca untuk mejelaskan kepada mereka. Dan akhirnya Putri Sinar Kaca menjelaskan kepada mereka berdua bahwa ayah mereka adalah sama yaitu Sultan Banten.

Setelah mereka berdua tumbuh dewasa, mereka berdua pun memutuskan pergi ke Banten untuk menemui ayah mereka yaitu Sultan Banten. Sultan Banten pun tidak langsung percaya pada pernyataan mereka berdua dan sang Sultan memutuskan untuk menoreh pedangnya di dahi kedua bersaudara tersebut, jika darah putih yang keluar dari dahi mereka maka benar mereka berdua adalah putranya.

Sang Sultan pun mencabut pedangnya dan menorehkannya ke dahi kedua bersaudara itu. Ternyata darah putih bercampur kemerahan keluar dari dahi Kejalo Bidin, sedangkan darah putih keluar dari dahi Kejalo Ratu. Sang Sultan pun langsung percaya dan yakin bahwa mereka berdua adalah putra kandungnya.

Sultan pun memberikan gelar kepada kedua putra kandungnya. Kejalo Bidin diberi gelar ”MINAK KEJALO BIDIN”, sedangkan Kejalo Ratu diberi gelar ”MINAK KEJALO RATU DARAHPUTIH”.

Mereka berdualah yang menjadi cikal bakal kebuaian Melinting dan kebuaian Ratu Darahputih. Minak Kejalo Bidin di Melinting dan Minak Kejalo Ratu Darahputih di Kalianda.

Setelah bertahun-tahun sejak peristiwa itu, Ratu Dipugung meminta dua orang ini mendirikan keratuan baru di dalam keratuan Ratu Dipugung. Minak Kejalo Bidin diminta mendirikan keratuan di Melinting (Labuhanmaringgai) dan Minak Kejalo Ratu Darahputih di Kalianda. Keturunan Ratu Darahputih di Kalianda diantaranya adalah Raden Intan yang menjadi pahlawan nasional asal Lampung (perkiraannya Raden Intan keturunan yang ketujuh dari Minak Kejalo Ratu Darahputih).


Setelah kalian baca cerita di atas, jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Apakah Judul cerita di atas?
2. Siapakah nama kedua cucu Ratu dipugung?
3. Siapakah nama putera dari Putri Sinar Kaca dan Putri Sinar Alam?
4. Mengapa Sultan Banten bersikeras untuk menikahi kedua cucu dari Ratu Dipugung?
5. Ceritakan secara singkat bagaimana asal mula keratuan Melinting(Labuhanmeringgai) dan Keratuan Darahputih di Kalianda dengan bahasamu sendiri?

Minggu, 13 Februari 2011

Ingatlah...

ALLAH SWT menciptakan :

KURA-KURA
Untuk mengingatkan agar kita pelan-pelan dalam mengambil keputusan dan bertindak,,,

SEMUT
Untuk mengingatkan agar kita memperhatikan hal-hal kecil yang begitu berarti,,,

LANGIT
Untuk mengingatkan agar kita selalu ingat pada-Nya berdoa,,,

TEMAN
Untuk menunjukkan betapa indahnya hidup ini dengan kehadiran mereka... dan menunjukkan betapa luar biasanya memiliki saudara yang senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran,,,

Ya Allah... 
Anugerahkanlah kesolehan Ibrahim, ketaatan Ismail, keikhlasan Siti Hajar dan keberkahan Nabi Muhammad SAW kepada kami hamba-hamba-Mu...Amin.

Aksara Lampung

Aksara Lampung


Induk huruf Had Lampung berjumlah 20 buah.


Berikut contoh penulisan kata menggunakan aksara Lampung dengan benar.

Saya harap siswa dapat memahami pemakaian aksara Lampung dalam penulisan kalimat dengan benar. Untuk itu, siswa harus hafal ke 20 aksara Lampung baik penulisan maupun bunyinya. Selain itu, siswa juga harus memahami pemakaian anak huruf dan tanda baca dalam setiap penulisan yang menggunakan aksara Lampung. 

"Cintailah kebudayaan daerah Lampung dengan cara salah satunya adalah mencintai pelajaran Bahasa Daerah Lampung yang kalian pelajari di sekolah. Karena di sanalah kalian dapat memahami seni dan kebudayaan daerah Lampung sejak dini."

Jumat, 11 Februari 2011

Lagu Daerah Lampung

Lagu Daerah Lampung


Lagu daerah Lampung merupakan salah satu seni kebudayaan daerah Lampung yang harus kita lestarikan. berikut merupakan beberapa lagu daerah Lampung yang bisa di ajarkan kepada anak didik. Tujuannya agar mereka dapat memahami salah satu seni budaya daerah Lampung berupa lagu-lagu daerah Lampung.


1. Seminung

Seminung di kala dibi
Cahyani kuning gegoh emas
Jelmani hamparan mata
Tebingni ngejutko hati

Manuk manuk behamburan
Dija dudi ghagom bupantun
Ngerasako angin seminung
Ceghita jak jaman saka

Segalo gumah di jaman tumbai
Tanom tumbuh tuwoh mak buantara
Seminung sikop di lingkoghi wai
Karunia Tuhan Maha Kuasa

2. Sang Bumi Ruwa Jurai

Jak ujung danau ranau
Teliyu mit Way Kanan
Sampai pantai lawok Jawo
Pesesegh ghik Pepadun
Jadi sai di lom lambang
Lampung sai kaya raya

Ki gham haga bughasa
Hijauni pemandangan
Huma lada di pumatang
Apalagi cengkihni
Telambun behuntaian
Tandani kemakmuran
Lampung sai sang bumi ruwa jurai


Cangget haga bulaku
Sumbah jama sai batin
Sina gawi adat sikam
Manjau ghik sebambangan
Tari ghakot ghik melinting
Ciri ni ulun Lampung
Lampung sai…sang bumi ruwa jurai


3. Cangget Agung

Sesat agung sai wawai
Talo butabuh taghi cangget
Gawi adat tano tegoh
Cakak pepadun

Adat budaya Lampung
Nayah temon ghagom wawaino
Jempana ghik garudano
Ghata sebatin

Cangget agung…cangget agung…muli batangan
Di lem kutomaro di lem kutomaro…mejeng busanding
Gawi adat Lampung…gawi adat Lampung…jak jaman toho
Lapah gham jamo-jamo ngelestariko adat Lampung


4. Tanah Lada

Jak ranau tigoh di teladas
Jak palas munggak mid bengkunat
Gunung rimba tiyuh pumatang
Pulau-pulau di laut lepas

Bumiku tanoh Lampungku lawi
Panjak wawai di nusantara
Tani tukun sangun jak jebbi
Tanoh Lampungku tanah lada

Merega buay rik bahasa
Nayah sina tanda ram kaya
Adat ghik budaya
Suratni ka ga nga
Jadi waris gham jama-jama

Tabikpun jama sai tuha raja
Punyimang segala sebtin semerga
Salah rik cempala
Tiyan sai ngura-ngura
Tilik tawai sikam kuliawi

Rabu, 09 Februari 2011

Sagata

Sagata Sanak Ngebabang
(Pantun Untuk Mengasuh Anak

Sagata yaitu puisi yang berbentuk pantun, setiap baitnya memiliki 4 baris, dengan pembagian dua baris pertama disebut sebagai sampiran sedangkan dua baris kedua disebut isi sagata itu.

Pantun anak merupakan bagian dari sagata, yang disebut sagata sanak ngababang atau ngebabang sanak yang dipakai untuk memomong anak-anak.

Berikut merupakan contoh sagata sanak ngababang:

Dialek A
Puk ambai-ambai
Belalang kupu-kupu
Butepuk adik pandai
Ti upah buak putu

Dialek O
Puk ambai-ambai
Belalang kupu-kupu
Butepuk adik pandai
Di upah juwadah putu


Dialek A
Hai kidah itik lunik
Begundai-gundai di wai
Adikku lagi lunik
Minjak mejong butawai

Dialek O
Hai kidah kitik lunik
Begundai-gundai di wai
Adikku lagei lunik
Minjak mejeng betawai


Dialek A
Kapal bulayagh dawah debingi
Selalu haga nyepok daghatan
Gham belajagh dawah debingi
Guna nyiapkon masa depan

Dialek O
Kapal bulayagh dawah debingei
Selalu ago ngekai daghatan
Gham belajagh dawah debingei
Guno nyiapken masa depan

Tujuh Pedoman Hidup Orang Lampung

Tujuh Pedoman Hidup Orang Lampung

1.Berani menghadapi tantangan “Mak Nyerai Ki Mak Karai, Mak Nyedor Ki Mak Bador”
2.Teguh Pendirian “Ratong Banjir Mak Kisir, Ratong Barak Mak Kirak”
3.Tekun dalam meraih cita-cita “Asal Mak Lesa Tilah Ya Pegai, Asal Mak Jera Tilah Ya Kelai”
4.Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama “Pak Huma Pak Sapu, Pak Jelema Pak Semapu, Sepuluh Pandai sebelas Ngulih Ulih, Sepuluh Tawai Sebelas Milih Pilih”
5.Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan “Wat Andah Wat Padak, Repa Ulah Riya Ulih”
6.Mengutamakan persatuan dan kekompakan “Dang Langkang Dang Nyapang, Mari Pekon Mak Ranggang, Dang Pungah Dang Lucah, Mari Pekon Mak Belah
7.Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah “Way Ni Dang Robok, Iwa Ni Dapok”

Selasa, 01 Februari 2011

Adat Istiadat Lampung

Adat istiadat lampung

Pada dasarnya jurai Ulun Lampung adalah berasal dari Sekala Brak, namun dalam perkembangannya, secara umum masyarakat adat Lampung terbagi dua yaitu masyarakat adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat Adat Saibatin kental dengan nilai aristokrasinya, sedangkan Masyarakat adat Pepadun yang baru berkembang belakangan kemudian setelah seba yang dilakukan oleh orang abung ke banten lebih berkembang dengan nilai nilai demokrasinya yang berbeda dengan nilai nilai Aristokrasi yang masih dipegang teguh oleh Masyarakat Adat Saibatin.
Masyarakat lampung adat Saibatin
Masyarakat lampung Adat Saibatin mendiami wilayah adat:
Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, empat kota ini ada di Propinsi Sumatera Selatan, Cikoneng di Pantai Banten dan bahkan Merpas di Selatan Bengkulu.
Masyarakat Adat Saibatin seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung, masing masing terdiri dari:
• Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat)
• Keratuan Melinting (Lampung Timur)
• Keratuan Darah Putih (Lampung Selatan)
• Keratuan Semaka (Tanggamus)
• Keratuan Komering (Provinsi Sumatera Selatan)
• Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten)
Masyarakat Lampung adat pepadun
Pepadun Masyarakat beradat Pepadun atau Pedalaman terdiri dari:
Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, Nyerupa).
Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat:
Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi. Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan).
Masyarakat Tulang bawang mendiami empat wilayah adat:
Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga. Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi).
Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat:
Tanjungkarang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung. Sungkay-Way Kanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur).
Masyarakat Sungkay-Way Kanan mendiami sembilan wilayah adat:
Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui.